Wednesday, September 30, 2009

Use it carefully or lose it tragically?

Beberapa hari lalu, seorang teman berbibir sexy menyentil gue dengan celetukannya:

"Klo ngga dipake, lama-lama ilang lho!"

Apanya yang ilang? 

Kami sedang asyik membicarakan hal yang menjadi kesukaan kami berdua, yaitu menulis. Maksudnya, klo gue udah jarang nulis, kemampuan menulis gue akan menurun dan pada akhirnya raib dilahap waktu, sadis berkesan mistis...

Yup... itulah yang akan terjadi kalau kita menyia-nyiakan pemberian Sang Khalik. Sesuatu yang gratis tapi super mahal, yang Tuhan hadiahkan ke masing-masing kita. Orang jadul nyebutnya 'bakat alam', anak-anak sekarang menyebutnya talenta; sedangkan orang bule dengan elegan menyebutnya 'gift'.

Tiap individu yang namanya manusia (tanpa kecuali) pasti punya talenta.

Mungkin ada yang beranggapan, talenta itu sifatnya warisan.

"Klo bokap gue Affandi, otomatis gue jago ngelukis."

"Andai saja mamaku Agnes Monica, pastilah aku multi-talented."

Oh really? Hmm…ketimbang mikirin kita anak siapa, alangkah lebih bijaksana kalau kita gali diri dan temukan talenta apa yang Tuhan telah karuniakan.

Ahaa!! Ketemu!!

Talenta gue menulis! Aku piawai dalam mengajar! Saya memiliki suara emas! I’m a good listener! Sedangkan aku memiliki senyum malaikat!

So what??

Talenta akan berkembang dan bertambah bila dipakai dengan baik, namun akan ‘hilang diambil’ bila dibiarkan begitu saja. Jadi adalah tanggung jawab tiap orang untuk mengoptimalkan talentanya dengan sebaik-baiknya.

Akhirnya…

Klo lu bisa nulis, tulislah hal-hal yang positif;

bila kamu seorang pengajar, cerdaskanlah bangsa ini;

buat kau sang biduan, biarlah merdumu sejukkan hati;

hai kamu pendengar yang baik, jadikan hadirmu penenang jiwa yang resah; 

dan kau, gadis dengan senyum malaikat, redamkanlah amarah dunia.

 

Tuhan telah berikan bakat, agar kita menjadi berkat!

Use it carefully or lose it tragically?

 

Tuesday, September 29, 2009

Puas?

Di kala ku sangatlah lapar

Dan di hadapku dihidangkan semua santapan raja

Aku lahap semua tanpa sisa

Namun setelah kenyang,

apakah sendawa sanggup puaskan jiwa?


Saat hausku seperti kemarau

Sampai-sampai suaraku parau

Aku reguk sebuah telaga

Hingga diriku merasa lega

Namun, apakah lega mampu halau dahaga?


Aku renta dan jelata, aku butuh harta

Namun ketika ku beroleh takhta

Apakah damai 'kan serta merta?


Celakalah hidupku!

Ketika kupenuhi semua hasratku,

mengapa tetap hampa jiwaku?

Apakah akan terus begini

sampai kesudahannya bumi?


Kucing buas takkan pernah merasa puas

Kucing yang jinak malah hidupnya enak


Hidup bukan perkara perut

Sebentar kenyang lalu dibuang

Hidup bukan masalah harta

Yang sekejap saja dapat dirasa


Hidup adalah tentang ucapan syukur

dan ketergantungan penuh kepada TUHAN

Sebab hanya TUHAN saja yang mengerti

dan mampu memenuhi...

apa yang ciptaan-Nya butuhkan


Jesus Bless You...

Si Peyot di Kursi Reyot

Ia terlelap..

ngiler dan mangap...

Bersama alunan si kursi reyot ia terseret

ke alam mimpi kaya fantasi khas lelaki

 

Sesekali mimiknya merintih,

kala kenangan masa perangnya menghantui

Seketika lesung kempotnya berseri

saat terbayang mendiang sang istri

 

Ku terus tatap wajah keriput itu

Wajah penuh pahit getir dan asam garam dunia ini

Tiap kerut di dahi punya kisah mereka sendiri

 

Di wajah pulas itu

kutemukan masa lalu

Masa-masa penuh peluh dan pilu

yang membuatku merinding ngilu

 

Sungguh berat jerih juangmu

demi hidup dan kehidupan

Begitu singkat mudamu

kauhabiskan bersama waktu

 

Sekarang, istirahat semaumu, Kek!

Nikmati mimipimu...hingga malaikat menjemputmu...

Aku takkan membangunkanmu

Intipan Rembulan

Rembulan remang-remang
Diam-diam menerawang s'buah taman
Ada sejoli bermesraan
Saling belai saling say "Say…"

Di kursi usang, terjadi percintaan
Tulus... bukan yang terlarang

Sang lelaki bagai pujangga
gombalannya tidak terhingga
Namun sang wanita luluh saja
rupanya bisa telah meracuninya

Cuma cinta yang bisa
taklukan hati Si Jelita
Dan kala jiwa telah tertawan
masihkah sanggup raga melawan?