Hendaklah kita selalu rendah hati dan memiliki hati seorang murid, yang mau terus belajar, agar menjadi ‘guru’ yg lebih baik. Thanks for reading, God bless you!
Diary Diri
"Petani tanpa cangkul, ibarat pelari tanpa dengkul; rembulan tanpa malam, ibarat pelampung yang tenggelam; penulis tanpa diary, ibarat mati suri."
Tuesday, April 5, 2022
Berguru
Sunday, August 23, 2020
Pas
Namanya kunci pas, tapi sayang ukurannya tidak pas. Lagi perlu size empat belas, adanya dua belas. Alhasil, upaya untuk memperbaiki rantai motor yang lepas, terpaksa harus kandas. Syukurlah ada Ko @handri_cingq & kru @gadingjayamotor yang datang menyelamatkan saya dari ketidakberdayaan ini.
Jatuh dari Langit
Aaaaaauuw! Pagi itu pecah oleh teriakan feminin yang keluar dari leher berjakunku, saat ada sesuatu meloncat ke arah celana. Benda kecil itu hidup! Ia menyeruak dari dalam tas kerja yang kupanggul dari rumah. Mungkin semalam ia menginap di dalam, lalu tanpa sadar kuajak dia ke kantor. Hmm, sebenarnya siapa dia?
Ia biasa menempel pada dinding, lalu perlahan merayap. Hadirnya suka bikin
merinding, namun syukurlah ia tak bersayap. Pasti kita semua kenal makhluk
halus yang satu ini, cicak! Cosymbotus platyurus atau cicak tembok adalah saudaranya
tokek. Mereka sama-sama bangsa reptil dari suku Gekkonidae. Sekian biografi
singkatnya.
Belakangan ini mataku acapkali menyaksikan ia melawan kodratnya sebagai
cicak tembok. Ia lebih banyak berkeliaran di lantai, seolah ingin menyangkal
lirik lagu A.T. Mahmud, “Cicak-cicak di Dinding”. Ketika berlarian di ubin,
sekilas ia jadi mirip kecoak - Si Hitam Mungil yang mampu membuat histeris
seisi rumah (terlebih Sang Nyonya Rumah). Pertanyaannya, mengapa cicak yang
terbiasa hidup di langit-langit, kini malah membumi? Apakah ia sedang turun
takhta dan menjelma jadi rakyat jelata? Semuanya masih tanda tanya.
Setelah bertapa, mencari fakta dan mengira-ngira, kutemukan jawabnya. Ia
melantai, bukan untuk bersantai. Ia justru sedang mengintai, mencari mangsa
untuk dibantai. Ia terpaksa mencari nafkah di bawah, karena populasi nyamuk di
atas sudah berkurang akibat maraknya fogging yang dilakukan. Jadi, mau
tak mau, suka tidak suka, ia harus berjuang lebih keras demi mencari sebutir
nasi. Tak heran aku sering memergokinya di sekitar rice cooker, sedang
mengendap-endap hendak mengambil sisa-sisa nasi kering. Adakalanya ia ngumpet
di kolong meja makan, menanti remah-remah yang berantakan. Tak percuma ia
menyandang marga reptillia, karena ia mampu bertahan dan beradaptasi di dua
kondisi, di atas dan di bawah.
Bagaimana dengan kita di tengah pandemi ini? Wabah ini telah mengubah hidup
kita. Dari work from office menjadi work from home; sekolah di
kelas menjadi G*gle Class; ibadah di rumah ibadah menjadi di rumah
sendiri; dan banyak hal lainnya. Lebih dari sekadar perubahan, virus ini juga
membuat banyak kehilangan. Mulai dari kehilangan orang-orang tersayang,
lenyapnya penghasilan, raibnya pekerjaan, tertutupnya peluang, dan sebagainya.
Apakah kita masih kuat berdiri atau sudah mulai kehabisan energi?
Kalau cicak saja sanggup beradaptasi, kita (manusia) pasti juga mampu
lewati semua ini. Seperti cicak, kondisi ini juga memaksa kita turun ke bawah
dan berusaha ekstra agar tetap eksis. Buat kamu yang sudah mulai lelah –saya pribadi
mengalaminya– curhatlah pada Sang Pencipta, mohon pertolongan dan kekuatan
dari-Nya, serta teruslah berjuang. Jangan menyerah, ingat ada Allah! Buat kamu
yang masih kuat berdiri, jangan jemawa. Tetaplah mengucap syukur, bahwa semua
karena anugerah-Nya. Ulurkan tanganmu pada yang butuh bantuan. Dan terakhir,
untuk kita semua, marilah kita saling jaga. Bukan hanya menjaga jarak dan
kesehatan, namun juga menjaga dan saling menguatkan hati agar tetap memiliki
harapan. Niscaya badai ‘kan reda. Kiranya Tuhan menyertai kita dan menjadikan
kita generasi yang lebih tangguh dari sebelumnya. Amin. Tuhan Yesus memberkati!