Thursday, November 26, 2009

Akulah sang 'maha tahu'

Seberapa banyak dari kita yang enggan berkata: "Maaf, saya ngga tahu....," bila ditanya oleh bos kita atau sahabat kita? Saat menjawab telepon yang menanyakan keberadaan teman kita, seringkali kita bilang: "Wah, saya kurang tahu Bu, hmmm...kayaknya lagi ke toilet deh, Pak". Padahal faktanya, kita sungguh tidak tahu di mana dan sedang apa teman kita itu. 

Sengaja atau tidak, saya sendiri sering melakukan hal di atas. Rasanya lidah ini lebih enak mengatakan 'kurang tahu', 'kayaknya', atau 'mungkin'; ketimbang dengan gamblang bilang 'tidak tahu'. Mengapa demikian? Salah satunya adalah karena kita tidak ingin dicap sebagai orang yang tidak tahu apa-apa. Sebaliknya, menurut kita dengan berkata 'kurang tahu', 'kayaknya' atau 'mungkin', kita terlihat tidak bodoh-bodoh amat, dan kita berpikir ada peluang bagi kita untuk dipandang sebagai orang yang 'serba tahu', bahkan 'maha tahu' oleh sesama kita. Sebab dengan predikat tersebut, kita nampak berwawasan dan 'berisi'. Padahal, sebenarnya, kita hanyalah seorang yang "sok tahu" yang berlagak tahu. 

Sepele. Ya, masalah ini sebenarnya sepele dan tidak perlu diurai bertele-tele. Namun, hal ini dapat menjadi masalah besar tatkala kita memberikan 'pengetahuan tanpa dasar' itu saat situasi penting, apalagi yang genting. Misalnya, Pak Bos saya bertanya, "Bagaimana penjualan kita bulan ini?" Karena saya belum sempat meninjau ke lapangan, namun takut kena omel bila bilang 'tidak tahu', saya menjawab "Mungkin meningkat, Pak!" Bisakah Anda menebak bagaimana reaksi Bos saya? Misalnya lagi, ada seorang nenek perantau yang sudah tua (sebab ada juga nenek yang masih muda) tersesat di Bundaran HI, bertanya kepada kita - yang notabene sejak lahir tinggal di Jakarta - "Cu, kalau mau ke Blok M ke arah mana ya?" Tahu tapi ragu, namun malu bilang tidak tahu, akhirnya kita menjawab: "Oh, Blok M itu ke arah sana Nek, lurus, belok kanan, ke arah Monas," dan celakanya, si nenek lugu itu percaya saja. Bagaimana kisah akhir perjalanannya?

Intinya yang ingin saya ungkapkan adalah, jawaban-jawaban 'diplomatis' seperti 'kurang tahu', 'kayaknya', dan 'mungkin', sebaiknya kita hindari dalam menjawab pertanyaan yang tertuju pada kita, terlebih yang sifatnya serius. Sebab, jawaban semacam itu dapat menyesatkan orang lain. Di sisi lain, dengan berkata 'mungkin' atau 'kayaknya', cepat atau lambat orang lain akan melihat kita sebagai orang yang tidak memiliki pendirian dan kepastian di dalam berkata-kata.

Jadi, bila ingin dianggap sebagai seorang yang serba tahu, perbanyaklah pengetahuan sehingga memang benar-benar tahu. Sedangkan bila ingin dipandang sebagai orang yang sok tahu, mudah saja, Anda cukup berlagak tahu. Katakanlah apa adanya, sebab ada tertulis: "Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman." Tuhan Yesus memberkati.