Sunday, August 23, 2020

Jatuh dari Langit


Aaaaaauuw! Pagi itu pecah oleh teriakan feminin yang keluar dari leher berjakunku, saat ada sesuatu meloncat ke arah celana. Benda kecil itu hidup! Ia menyeruak dari dalam tas kerja yang kupanggul dari rumah. Mungkin semalam ia menginap di dalam, lalu tanpa sadar kuajak dia ke kantor. Hmm, sebenarnya siapa dia?

Ia biasa menempel pada dinding, lalu perlahan merayap. Hadirnya suka bikin merinding, namun syukurlah ia tak bersayap. Pasti kita semua kenal makhluk halus yang satu ini, cicak! Cosymbotus platyurus atau cicak tembok adalah saudaranya tokek. Mereka sama-sama bangsa reptil dari suku Gekkonidae. Sekian biografi singkatnya.

Belakangan ini mataku acapkali menyaksikan ia melawan kodratnya sebagai cicak tembok. Ia lebih banyak berkeliaran di lantai, seolah ingin menyangkal lirik lagu A.T. Mahmud, “Cicak-cicak di Dinding”. Ketika berlarian di ubin, sekilas ia jadi mirip kecoak - Si Hitam Mungil yang mampu membuat histeris seisi rumah (terlebih Sang Nyonya Rumah). Pertanyaannya, mengapa cicak yang terbiasa hidup di langit-langit, kini malah membumi? Apakah ia sedang turun takhta dan menjelma jadi rakyat jelata? Semuanya masih tanda tanya.

Setelah bertapa, mencari fakta dan mengira-ngira, kutemukan jawabnya. Ia melantai, bukan untuk bersantai. Ia justru sedang mengintai, mencari mangsa untuk dibantai. Ia terpaksa mencari nafkah di bawah, karena populasi nyamuk di atas sudah berkurang akibat maraknya fogging yang dilakukan. Jadi, mau tak mau, suka tidak suka, ia harus berjuang lebih keras demi mencari sebutir nasi. Tak heran aku sering memergokinya di sekitar rice cooker, sedang mengendap-endap hendak mengambil sisa-sisa nasi kering. Adakalanya ia ngumpet di kolong meja makan, menanti remah-remah yang berantakan. Tak percuma ia menyandang marga reptillia, karena ia mampu bertahan dan beradaptasi di dua kondisi, di atas dan di bawah.

Bagaimana dengan kita di tengah pandemi ini? Wabah ini telah mengubah hidup kita. Dari work from office menjadi work from home; sekolah di kelas menjadi G*gle Class; ibadah di rumah ibadah menjadi di rumah sendiri; dan banyak hal lainnya. Lebih dari sekadar perubahan, virus ini juga membuat banyak kehilangan. Mulai dari kehilangan orang-orang tersayang, lenyapnya penghasilan, raibnya pekerjaan, tertutupnya peluang, dan sebagainya. Apakah kita masih kuat berdiri atau sudah mulai kehabisan energi?

Kalau cicak saja sanggup beradaptasi, kita (manusia) pasti juga mampu lewati semua ini. Seperti cicak, kondisi ini juga memaksa kita turun ke bawah dan berusaha ekstra agar tetap eksis. Buat kamu yang sudah mulai lelah –saya pribadi mengalaminya– curhatlah pada Sang Pencipta, mohon pertolongan dan kekuatan dari-Nya, serta teruslah berjuang. Jangan menyerah, ingat ada Allah! Buat kamu yang masih kuat berdiri, jangan jemawa. Tetaplah mengucap syukur, bahwa semua karena anugerah-Nya. Ulurkan tanganmu pada yang butuh bantuan. Dan terakhir, untuk kita semua, marilah kita saling jaga. Bukan hanya menjaga jarak dan kesehatan, namun juga menjaga dan saling menguatkan hati agar tetap memiliki harapan. Niscaya badai ‘kan reda. Kiranya Tuhan menyertai kita dan menjadikan kita generasi yang lebih tangguh dari sebelumnya. Amin. Tuhan Yesus memberkati!

No comments: